KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke khadirat Allah
SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yaitu sebuah makalah
yang berjudul “Motif, Tujuan,dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah”. Dan
kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman kelompok 2 turut mendukung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami berharap selain sebagai pemenuhan tugas,
makalah ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pembacanya khususnya
mahasiswa/i FKIP PGSD dan dapat membantu dalam mempelajari salah satu materi
dalam mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
Demikianlah makalah ini dibuat, kami menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna untuk itu kritik dan saran sangat
diharapkan sebagai evaluasi dan perbaikan dalam makalah kami selanjutnya.
Banda Aceh, 15 Februari 2014
Penulis
PENDAHULUAN
I. Latar
belakang
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) didefinisikan sebagai penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
kelompok yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu
sekolah dalam pendidikan nasional.
Sebagai pelaku atau pihak- pihak yang terkait dalam proses dunia
pendidikan harus mengerti tentang MBS secara utuh. Sekolah adalah salah satu
dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang
unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah
adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja
sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan
instruksional. Desain organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim
administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
PEMBAHASAN
A. Motif Penerapan MBS
Dalam
Buku Utama telah disajikan motif dari penerapan MBS di berbagai negara yang
mencakup: a) motif ekonomi, b) motif profesional, c) motif politik, d) motif
efisiensi adminisitrasi, e) motif finansial,f)motif prestasi siswa, g) motif
akuntabilitas dan motif efektifitas sekolah.
Jika
dicandra dari sisi kebijakan publik dalam sebuah negara maka ke delapan motif
tersebut dapat diurutkan menjadi sebagai berikut:
1.
Motif
ekonomi
manajemen
lokal secara ekonomi dirasakan lebih efektif karena orang yang membuat keputusan
adalah orang yang sangat memahami bagaimana sekolah seharusnya menggunakan
sumber daya dan bagaimana siswa seharusnya belajar. Mereka adalah orang yang
mempunyai keuntungan dan kerugian serta mempunyai informasi terbaik tentang apa
yang sesungguhnya terjadi di sekolah.
2.
Motif
profesional
para
profesional sekolah mempunyai pengalaman dan keahlian untuk a) membuat
keputusan pendidikan yang paling tepat untuk sekolah dan siswanya; b)
memberikan sumbangan pengetahuan yang dimiliki berkenaan dengan kurikulum,
pedagogik, pembelajaran dan proses manajemen sekolah; serta c) terlibat dalam
manajemen sekolah dan mampu memberi motivasi dan komitmen yang lebih pada
pembelajaran di sekolah.
3.
Motif
politik
MBS digunakan untuk mendorong adanya
partisipasi demokratis dan kestabilan politik, di mana pemerintah pusat
melakukan desentralisasi pengambilan keputusan di bidang pendidikan kepada
daerah, termasuk jajaran pengelola pendidikan di sekolah-sekolah.
4.
Motif efisiensi administrasi
penerapan MBS dijadikan sebagai alat efisiensi
administrasi di sekolah, dengan menempatkan sekolah pada posisi terbaik untuk
meng-alokasikan sumber daya yang efeketif dalam menemukan kebutuhan siswa.
Banyak sistem yang didesentrasikan mencoba untuk meningkatkan
akuntabilitas.oleh karena itu,berkurangnya tingkat birokrasi pusat mendorong
terjadinya efesiensiadministrasi yang lebih besar.efesiensi ditingkat sekolah
terjadi ketika partisipan local membuat keputusan sendiri.
5. Motif Finansial
Motif finansial
MBS dapat juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan
sekolah secara local. Asumsinya adalah
bahwa dengan memberi harapan kepada orang tua dan menerima keterlibatan orang
tua dalam pengambilan keputusan di tingkat sekolah, Diharapkan orang tua akan termotivasi untuk meningkatkan komitmen
mereka. karena mereka telah dilibatkan
dalam pengambilan keputusan dan pelaporan di tingkat sekolah. Pada gilirannya, orang tua akan menjadi lebih
berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga, dan sumber daya lainnya yang
diperlukan kepada sekolah.
6. Motif Prestasi Siswa
Dalam MBS
terkandung usaha untuk meningkatkan prestasi belajar dan salah satu caranya
adalah mengubah proses pembelajaran. Meningkatkan prestasi siswa merupakan
motif utama untuk memperkenalkan MBS. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa
jika orang tua dan para guru diberi otoritas untuk membuat keputusan atas nama
sekolah mereka, iklim disekolah akan berubah untuk membuat keputusan atas nama
sekolah mereka, iklim disekolah juga akan berubah untuk mendukung pencapaian
prestasi siswa.
Meskipun bukti
empirik untuk mendukung asumsi itu tidak kuat, tetapi dalam konteks ini,
jika MBS sebagai motif dalam implementasi MBS, maka yang diperlukan
adalah bagaimana mengubah proses pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui
otonomi dalam mendesain pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa sesuai
dengan sumber daya yang dimiliki.
7. Motif Akuntabilitas
Menurut laporan
bank dunia (2004), pentingnya MBS adalah untuk meningkatkan akuntabilitas
kepala sekolah dan guru terhadap siswa, orang tua, serta mengizinkan
pengambilan keputusan local untuk menentukan gabungan input dan kebijakan
pendidikan yang tepat, yang disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan lokal.
Ketika terjadi Desentralisasi
pengambilan keputusan digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan suara dari mereka yang kurang terdengar (atau
setidaknya tidak cukup mendengarkan) dan menciptakan lebih efisien serta hemat
biaya sekolah pada struktur administratif sekolah. seperti dalam konteks struktur tata layanan sekolah tradisional.
Menciptakan lebih efisien dan hemat biaya sekolah pada struktur administrative
sekolah adalah tujuan utama kedua setelah akuntabilitas. Melibatkan para
aktor di tingkat sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporan dapat
menciptakan dorongan dan perhatian yang lebih besar untuk peningkatan mutu
sekolah.
Akuntabilitas
berarti kewajiban pembuat keputusan untuk (a) tanggap atas warga perihal
kebutuhan mereka; dan (b) kemampuan warga untuk meminta pertanggungjawaban
pembuat kebijakan atas janji mereka.
Penerapan prinsip
akuntabilitas ?
Akuntabilitas
didalam kelas guru harus mampu menyiapkan dan menguasai materi bahan ajar
sehingga penerapan dalam pembelajaran menjadi maksimal dan pada akhirnya
standar kompetensi bisa tercapai.Selain itu dalam hal keteladan, seperti
disiplin, kejujuran, guru harus bisa menjadi suritauladan yang baik seperti
membuang sampah tidak sembarangan.
8. motif
efektivitas sekolah
Sekolah efektif
merupakan salah satu motif diterapkannya MBS. Sekolah yang efektif mencakup
kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada
peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil.
MBS mendorong
ke arah peningkatan efektifitas sekolah yang mencakup kepemimpinan yang kuat,
guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada peningkatan mutu
pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil. MBS dimaksudkan
untuk membentuk sekolah efektif sehingga meningkatkan kualitas pendidikan
Dari motif-motif
tersebut diatas, motif terpenting dari penerapan MBS disatu sekolah adalah
motif efektivitas sekolah karena dalam motif efektivitas sekolah sudah mencakup
semua komponen yang memang harus ada dalam suaru sekolah. Komponen-komponen
tersebut adalah :
a.Kepemimpinan yang
kuat, apa bila sebuah sekolah dipimpin oleh seorang pemimpin yang kuat pasti
para bawahanya juga akan kuat dan kegiatan sekolah dapat terorganisir dengan
baik.
b.Para guru yang terampil dan berkomitmen tinggi, apa bila sebuah sekolah dididik oleh seorang yang mempunyai keterampilan yang tinggi maka pembelajaran tidak akan membosankan karena para guru akan selalu membuat variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak pernah merasa bosan dan lebih mudah menangkap materi yang diberikan.
c.Mutu pembelajaran yang difokuskan untuk peningkatan prestasi siswa. Mutu pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pestasi belajar siswa karena dengan pelaksanaan pembelajaran yang baik dan tidak membosankan secara otomatis materi yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh peserta didik sehingga prestasi peserta didik sedikit demi sediket akan meningkat.
d.Rasa tanggung jawab terhadap hasil. Sekolah yang yang berkulitas tinggi pasti meghasilkan lulusan yang baik oleh karena itu apa bila ingin menjadikan sekolah yang berkualitas maka harus diadakan penbelajaran yang mendukung atau menciptakan lulusan yang baik karena terciptanya lulusan yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula.
b.Para guru yang terampil dan berkomitmen tinggi, apa bila sebuah sekolah dididik oleh seorang yang mempunyai keterampilan yang tinggi maka pembelajaran tidak akan membosankan karena para guru akan selalu membuat variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak pernah merasa bosan dan lebih mudah menangkap materi yang diberikan.
c.Mutu pembelajaran yang difokuskan untuk peningkatan prestasi siswa. Mutu pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pestasi belajar siswa karena dengan pelaksanaan pembelajaran yang baik dan tidak membosankan secara otomatis materi yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh peserta didik sehingga prestasi peserta didik sedikit demi sediket akan meningkat.
d.Rasa tanggung jawab terhadap hasil. Sekolah yang yang berkulitas tinggi pasti meghasilkan lulusan yang baik oleh karena itu apa bila ingin menjadikan sekolah yang berkualitas maka harus diadakan penbelajaran yang mendukung atau menciptakan lulusan yang baik karena terciptanya lulusan yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula.
Sekolah efektif
merupakan salah satu motif diterapkannya MBS. Winkler &Gershberg (1999)
berhipotesis bahwa beberapa komponen kunci sekolah efektif boleh jadi
dipengaruhi oleh implementasi MBS, yang pada akhirnya dapat meningkatkan komponen-komponen
itu untuk perbaikan pembelajaran. Mereka menyelidiki bagaimana MBS mendorong ke
arah peningkatan karakteristik kunci tentang sekolah efektif yang mencakup
kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada
peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil.
Pada hakikatnya
inti penerapan MBS mermuara pada peningkatan kualitas pendidikan. Nurkolis
(2003:23) mengemukakan bahwa motif diterapkannya MBS adalah untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran,
kurikulum, sumber daya manusia maupun tenaga kependidikan lainnya dan pelayanan
pendidikan.
Penerapan MBS
di Indonesia ini dilandasi oleh 4 alasan. Pertama, sekolah lebih
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga
sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya. Ketiga,
keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Keempat,
akuntabilitas sekolah tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua
siswa, dan masyarakat, mendorong sekolah untuk berupaya semaksimal mungkin
melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang direncanakan, dengan
melakukan upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua, masyarakat, dan
pemerintah.(pdf)
B.
Tujuan Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak
dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Proses manajemen
yang baik adalah yang di dalamnya
terdapat kegiatan manajerial yaitu kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang mempunyai status dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan
operatif yakni kegiatan yang seharusnya
diselesaikan oleh para pelaksana lapangan.
Dengan demikian, tujuan akhir dari manajemen
sekolah adalah membantu memperlancar tercapainya tujuan sekolah secara efektif
dan efisien. Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai salah satu
alat untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan dari sekolah.
Adapun tujuan penerapan manajemen berbasis
sekolah secara umum adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola
sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas,
efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan
efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada,
partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta tidak ada unsur
penekanan dari pemerintah. Peningkatan mutu dapat tempuh melalui peranserta
orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru,
adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh
kembangkan suasana yang kondusif
Di sini Kepala Sekolah/Madrasah diberi
kewenangan dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi, proses penyelenggaraan
pada Sekolah yang dipimpin. Albers Mohrman menguraikan bahwa: Sebagai suatu
konsep, bisa dikatakan MBS merupakan tawaran model reformasi pada ranah pendidikan.
Konsep ini merupakan salah satu bentuk rekstrukturisasi sekolah dengan mengubah
sistem sekolah dengan melakukan kegiatannya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan prestasi akademik sekolah dengan mengubah desain stuktur
organisasinya.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
berdasarkan kajian pelaksanaan di negara-negara yang sudah maju, maupun yang
tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan UU sisdiknas NO. 20 Tahun
2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1 Masyarakat berhak
menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non
formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk
kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat
aspek yaitu: kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efektifitas dan
efisiensi, serta akuntabilitas.
Konsep dasar
Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang bernuansa :
1. Otonomi, mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah dalam bingkai peraturan perundangan-undangan yangberlaku.
1. Otonomi, mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah dalam bingkai peraturan perundangan-undangan yangberlaku.
2. Kemandirian, mempunyai makna bahwa dalam pengambilan keputusan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metoda dalam memecahkan persoalan yang ada, mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan serta peka dan dapat memanfaatkan peluang yang ada.
3. Demokratif, mempunyai makna seluruh elemen-elemen sekolah dilibatkan dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) sehingga memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen-elemen warga sekolah.
Pada
sistem MBS sekolah
dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas,
mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik
kepada masyarakat maupun pemerintah. MBS juga merupakan salah satu wujud dari
reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi siswa. Hal ini juga
berpotensi untuk meningkatkan kinerja staf, menawarkan partidipasi langsung
kepada kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat
terhadap pendidikan.
Maka
dapat kita simpullkan tujuan khusus dari penerapan manajemen berbasis sekolah
ini adalah :
1.
meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
4. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
2. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
4. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
C. Manfaat
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah (MBS)
memberikan kebebasan dan kewenangan yang luas kepala sekolah disertai
seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung
jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan
kesejahteraan guru sehingga guru dapat berkonsentrasi dalam tugas utamanya,
yaitu mengajar.
Sejalan dengan pemikiran diatas, B
Suryosubroto mengutarakan bahwa otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa
mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan lingkungan
setempat. Maka dengan adanya otomoni tersebut, sekolah akan lebih leluasa dalam
mengimprovisasi dirinya sesuai dengan kemapuan.
Dengan MBS, pemecahan masalah
internal sekolah, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun sumber daya
pendukungnya cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan masyarakatnya, sehingga
tidak perlu diangkat ke tingkat pemerintah daerah apalagi ke tingkat pusat yang
“jauh panggang dari api”
Dengan keleluasaan mengelola sumber daya dan
juga adanya partisipasi masyarakat, mendorong profesionalisme kepemimpinan
sekolah yaitu kepala sekolah baik dalam peran sebagai manajer maupun sebagai
sebagai pemimpin sekolah. Dan dengan diberikan kesempatan kepada sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, guru didorong untuk mengimprovisasi dan berinovasi
dalam melakukan berbagai eksperimentasi di lingkungan sekolah dengan tujuan
menemukan kesesuaian antara teori dengan kenyataan.
Perubahan yang paling mendasar dalam
aspek manajemen kurikulum, bahwa pendidikan harus mampu mengoptimalisasikan
semua potensi kelembagaan yang ada dalam masyarakat, baik pada lembaga-lembaga
pendidikan yang dikelola pemerintah, masyarakat ataupun swasta.
Dengan demikian manajemen berbasis
sekolah (MBS) mendorong profesionlisme guru dan terutama kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan yang ada di garda depan. Melalui pengembangan kurikulum
yang efektif dan fleksibel, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan masyarakat
setempat akan meningkat serta layanan pendidikan akan sesuai dengan tuntutan
peserta didik dan masyarakat seiring perkembangan zaman yang terus berubah.
Ada beberapa manfaat manajemen berbasis sekolah
(MBS) menurut Drs. Nur Kholis dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah, Teori,
Model dan Aplikasi, yaitu :
a.
Memberikan
kebebasan dan kekuasan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung
jawab. Dengan adanya otonomi yang di berikan memberikan tanggug jawab
penegelolaan sumber daya dan pembegian
srategi MBS sesuai dengan kondisi setempat.
b.
Sekolah
dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih bekonsentrasi pada
tugas.
c.
Keleluasan
dalam mengelolah sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya
sebagai manager maupun pemimpin sekolah.
d.
Dengan
diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi,
dengan melakukan eksperimen-eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini
mendorong profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
e.
Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa
tangkap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkatkan dan menjamin layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah.
f.
Prestasi
peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua, seperti orang tua dapat
mengawasi langsung proses belajar anaknya
Menurut Kathleen penerapan MBS
yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat diantaranya
yaitu:
a.
Memungkinkan
orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan
meningkatkan pembelajaran.
b.
Memberi peluang
bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
penting.
c.
Mendorong
munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
d.
Mengarahkan
kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di
setiap sekolah.
e.
Menghasilkan
rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari
keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program
sekolah
Manfaat yang dapat
diraih dari implementasi MBS secara umum :
1.
Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk
memejukan lembaganya
2.
Sekolah akan terkondisikan untuk lebih mengetahui kebutuhan
lembaganya
3.
Pengambilan keputusan partisipasif yang dilakukan dalam pelaksanaan
MBS sangat bermanfaat bagi sekolah
4.
Penggunaan sumberdaya pendidikan akan lebih efisien dan efektif
apabila masyarakat turut mengawasinya
5.
Akan terciptanya tranrparansi dan demokratisasi yang sehat dalam
pengelolaan
6.
Sekolah akan lebih bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
disekolah
7.
Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu
pendidikan
8.
Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang berubah dengan
pendekatan yang tepat dan cepat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis
telah terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas
pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertehtu, manajemen yang
sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan kreatifitas pada satuan
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengatasi
terjadinya stagnasi di bidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma baru
dibidang pendidikan.
Seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melaJui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS).
Seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melaJui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS).
MBS bukan sekedar mengubah penedekatan
pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari
itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah.
Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat untuk ikut serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka untuk dibangkitkan. Dengan demikian kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang tinggi akan akuntabilitas publik yang memadai.
Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat untuk ikut serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka untuk dibangkitkan. Dengan demikian kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang tinggi akan akuntabilitas publik yang memadai.
Daftar Pustaka
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar