Selasa, 20 Mei 2014

Motif dan Tujuan Manajemen Berbasis kompetensi



KATA PENGANTAR




Puji Syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yaitu sebuah makalah yang berjudul  “Motif, Tujuan,dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah”. Dan kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman kelompok 2 turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap selain sebagai pemenuhan tugas, makalah ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pembacanya khususnya mahasiswa/i FKIP PGSD dan dapat membantu dalam mempelajari salah satu materi dalam mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
Demikianlah makalah ini dibuat, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan sebagai evaluasi dan perbaikan dalam makalah kami selanjutnya.

                                                                               






   Banda Aceh, 15 Februari 2014
                                                                                         

  Penulis



PENDAHULUAN



I.                   Latar belakang
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) didefinisikan sebagai penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.
Sebagai pelaku atau pihak- pihak yang terkait dalam proses dunia pendidikan harus mengerti tentang MBS secara utuh. Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional. Desain organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan organisasi.














PEMBAHASAN


A.    Motif Penerapan MBS

Dalam Buku Utama telah disajikan motif dari penerapan MBS di berbagai negara yang mencakup: a) motif ekonomi, b) motif profesional, c) motif politik, d) motif efisiensi adminisitrasi, e) motif finansial,f)motif prestasi siswa, g) motif akuntabilitas dan motif efektifitas sekolah.
Jika dicandra dari sisi kebijakan publik dalam sebuah negara maka ke delapan motif tersebut dapat diurutkan menjadi sebagai berikut:

1.                  Motif ekonomi
manajemen lokal secara ekonomi dirasakan lebih efektif karena orang yang membuat keputusan adalah orang yang sangat memahami bagaimana sekolah seharusnya menggunakan sumber daya dan bagaimana siswa seharusnya belajar. Mereka adalah orang yang mempunyai keuntungan dan kerugian serta mempunyai informasi terbaik tentang apa yang sesungguhnya terjadi di sekolah.

2.                  Motif profesional
para profesional sekolah mempunyai pengalaman dan keahlian untuk a) membuat keputusan pendidikan yang paling tepat untuk sekolah dan siswanya; b) memberikan sumbangan pengetahuan yang dimiliki berkenaan dengan kurikulum, pedagogik, pembelajaran dan proses manajemen sekolah; serta c) terlibat dalam manajemen sekolah dan mampu memberi motivasi dan komitmen yang lebih pada pembelajaran di sekolah.

3.                  Motif politik
 MBS digunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan kestabilan politik, di mana pemerintah pusat melakukan desentralisasi pengambilan keputusan di bidang pendidikan kepada daerah, termasuk jajaran pengelola pendidikan di sekolah-sekolah.


4.                   Motif efisiensi administrasi
 penerapan MBS dijadikan sebagai alat efisiensi administrasi di sekolah, dengan menempatkan sekolah pada posisi terbaik untuk meng-alokasikan sumber daya yang efeketif dalam menemukan kebutuhan siswa. Banyak sistem yang didesentrasikan mencoba untuk meningkatkan akuntabilitas.oleh karena itu,berkurangnya tingkat birokrasi pusat mendorong terjadinya efesiensiadministrasi yang lebih besar.efesiensi ditingkat sekolah terjadi ketika partisipan local membuat keputusan sendiri.

 5. Motif Finansial
Motif finansial MBS dapat juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan sekolah secara local. Asumsinya adalah bahwa dengan memberi harapan kepada orang tua dan menerima keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputusan di tingkat sekolah, Diharapkan orang tua akan termotivasi untuk meningkatkan komitmen mereka.   karena mereka telah dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pelaporan di tingkat sekolah.  Pada gilirannya, orang tua akan menjadi lebih berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga, dan sumber daya lainnya yang diperlukan kepada sekolah.

6. Motif Prestasi Siswa
Dalam MBS terkandung usaha untuk meningkatkan prestasi belajar dan salah satu caranya adalah mengubah proses pembelajaran. Meningkatkan prestasi siswa merupakan motif utama untuk memperkenalkan MBS. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa jika orang tua dan para guru diberi otoritas untuk membuat keputusan atas nama sekolah mereka, iklim disekolah akan berubah untuk membuat keputusan atas nama sekolah mereka, iklim disekolah juga akan berubah untuk mendukung pencapaian prestasi siswa.

Meskipun bukti empirik untuk mendukung asumsi itu tidak kuat, tetapi  dalam konteks ini, jika MBS sebagai motif dalam implementasi MBS, maka yang  diperlukan adalah bagaimana mengubah proses pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui otonomi dalam mendesain pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. 
7. Motif Akuntabilitas
Menurut laporan bank dunia (2004), pentingnya MBS adalah untuk meningkatkan akuntabilitas kepala sekolah dan guru terhadap siswa, orang tua, serta mengizinkan pengambilan keputusan local untuk menentukan gabungan input dan kebijakan pendidikan yang tepat, yang disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan lokal.
Ketika terjadi Desentralisasi pengambilan keputusan digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan suara dari mereka yang kurang terdengar (atau setidaknya tidak cukup mendengarkan) dan menciptakan lebih efisien serta hemat biaya sekolah pada struktur administratif sekolah. seperti dalam konteks struktur tata layanan sekolah tradisional. Menciptakan lebih efisien dan hemat biaya sekolah pada struktur administrative sekolah adalah tujuan utama kedua setelah akuntabilitas. Melibatkan para aktor di  tingkat sekolah dalam pengambilan keputusan dan pelaporan dapat menciptakan dorongan dan perhatian yang lebih besar untuk peningkatan mutu sekolah.     

Akuntabilitas berarti kewajiban pembuat keputusan untuk (a) tanggap atas warga perihal kebutuhan mereka; dan (b) kemampuan warga untuk meminta pertanggungjawaban pembuat kebijakan atas janji mereka.

Penerapan prinsip akuntabilitas ?
Akuntabilitas didalam kelas guru harus mampu menyiapkan dan menguasai materi bahan ajar sehingga penerapan dalam pembelajaran menjadi maksimal dan pada akhirnya standar kompetensi bisa tercapai.Selain itu dalam hal keteladan, seperti disiplin, kejujuran, guru harus bisa menjadi suritauladan yang baik seperti membuang sampah tidak sembarangan.

8. motif efektivitas sekolah
Sekolah efektif merupakan salah satu motif diterapkannya MBS. Sekolah yang efektif mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil.
MBS mendorong ke arah peningkatan efektifitas sekolah yang mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil. MBS dimaksudkan untuk membentuk sekolah efektif sehingga meningkatkan kualitas pendidikan 

Dari motif-motif tersebut diatas, motif terpenting dari penerapan MBS disatu sekolah adalah motif efektivitas sekolah karena dalam motif efektivitas sekolah sudah mencakup semua komponen yang memang harus ada dalam suaru sekolah. Komponen-komponen tersebut adalah :
a.Kepemimpinan yang kuat, apa bila sebuah sekolah dipimpin oleh seorang pemimpin yang kuat pasti para bawahanya juga akan kuat dan kegiatan sekolah dapat terorganisir dengan baik.
b.Para guru yang terampil dan berkomitmen tinggi, apa bila sebuah sekolah dididik oleh seorang yang mempunyai keterampilan yang tinggi maka pembelajaran tidak akan membosankan karena para guru akan selalu membuat variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak pernah merasa bosan dan lebih mudah menangkap materi yang diberikan.
c.Mutu pembelajaran yang difokuskan untuk peningkatan prestasi siswa. Mutu pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pestasi belajar siswa karena dengan pelaksanaan pembelajaran yang baik dan tidak membosankan secara otomatis materi yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh peserta didik sehingga prestasi peserta didik sedikit demi sediket akan meningkat.
d.Rasa tanggung jawab terhadap hasil. Sekolah yang yang berkulitas tinggi pasti meghasilkan lulusan yang baik oleh karena itu apa bila ingin menjadikan sekolah yang berkualitas maka harus diadakan penbelajaran yang mendukung atau menciptakan lulusan yang baik karena terciptanya lulusan yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula.

Sekolah efektif merupakan salah satu motif diterapkannya MBS. Winkler &Gershberg (1999) berhipotesis bahwa  beberapa komponen kunci sekolah efektif boleh jadi dipengaruhi oleh implementasi MBS, yang pada akhirnya dapat meningkatkan komponen-komponen itu untuk perbaikan pembelajaran. Mereka menyelidiki bagaimana MBS mendorong ke arah peningkatan karakteristik kunci tentang sekolah efektif yang mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil.

Pada hakikatnya inti penerapan MBS mermuara pada peningkatan kualitas pendidikan. Nurkolis (2003:23) mengemukakan bahwa motif diterapkannya MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia maupun tenaga kependidikan lainnya dan pelayanan pendidikan.

Penerapan MBS di Indonesia ini dilandasi oleh 4 alasan. Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Keempat, akuntabilitas sekolah tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat, mendorong sekolah untuk berupaya semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang direncanakan, dengan melakukan upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah.(pdf)
B.     Tujuan Manajemen Berbasis sekolah (MBS)

Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Proses manajemen yang baik adalah yang  di dalamnya terdapat kegiatan manajerial yaitu kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai status dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan operatif  yakni kegiatan yang seharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan.

Dengan demikian, tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu memperlancar tercapainya tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan dari sekolah.

Adapun tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah secara umum adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta tidak ada unsur penekanan dari pemerintah. Peningkatan mutu dapat tempuh melalui peranserta orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif

Di sini Kepala Sekolah/Madrasah diberi kewenangan dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi, proses penyelenggaraan pada Sekolah yang dipimpin. Albers Mohrman menguraikan bahwa: Sebagai suatu konsep, bisa dikatakan MBS merupakan tawaran model reformasi pada ranah pendidikan. Konsep ini merupakan salah satu bentuk rekstrukturisasi sekolah dengan mengubah sistem sekolah dengan melakukan kegiatannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan prestasi akademik sekolah dengan mengubah desain stuktur organisasinya.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berdasarkan kajian pelaksanaan di negara-negara yang sudah maju, maupun yang tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan UU sisdiknas NO. 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1 Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat aspek yaitu: kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efektifitas dan efisiensi, serta akuntabilitas.

Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang bernuansa :
1. Otonomi, mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah dalam bingkai peraturan perundangan-undangan yangberlaku.

2. Kemandirian, mempunyai makna bahwa dalam pengambilan keputusan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metoda dalam memecahkan persoalan yang ada, mampu menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan serta peka dan dapat memanfaatkan peluang yang ada.

3. Demokratif, mempunyai makna seluruh elemen-elemen sekolah dilibatkan dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) sehingga memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen-elemen warga sekolah.

Pada sistem MBS sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. MBS juga merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi siswa. Hal ini juga berpotensi untuk meningkatkan kinerja staf, menawarkan partidipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap pendidikan.



Maka dapat kita simpullkan tujuan khusus dari penerapan manajemen berbasis sekolah ini adalah :
1. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;

2. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

3. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

4. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

C.  Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen berbasis sekolah (MBS) memberikan kebebasan dan kewenangan yang luas kepala sekolah disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga guru dapat berkonsentrasi dalam tugas utamanya, yaitu mengajar.
Sejalan dengan pemikiran diatas, B Suryosubroto mengutarakan bahwa otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan lingkungan setempat. Maka dengan adanya otomoni tersebut, sekolah akan lebih leluasa dalam mengimprovisasi dirinya sesuai dengan kemapuan.
Dengan MBS, pemecahan masalah internal sekolah, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun sumber daya pendukungnya cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan masyarakatnya, sehingga tidak perlu diangkat ke tingkat pemerintah daerah apalagi ke tingkat pusat yang “jauh panggang dari api”
 Dengan keleluasaan mengelola sumber daya dan juga adanya partisipasi masyarakat, mendorong profesionalisme kepemimpinan sekolah yaitu kepala sekolah baik dalam peran sebagai manajer maupun sebagai sebagai pemimpin sekolah. Dan dengan diberikan kesempatan kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum, guru didorong untuk mengimprovisasi dan berinovasi dalam melakukan berbagai eksperimentasi di lingkungan sekolah dengan tujuan menemukan kesesuaian antara teori dengan kenyataan.
Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa pendidikan harus mampu mengoptimalisasikan semua potensi kelembagaan yang ada dalam masyarakat, baik pada lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah, masyarakat ataupun swasta.
Dengan demikian manajemen berbasis sekolah (MBS) mendorong profesionlisme guru dan terutama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang ada di garda depan. Melalui pengembangan kurikulum yang efektif dan fleksibel, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan masyarakat setempat akan meningkat serta layanan pendidikan akan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat seiring perkembangan zaman  yang terus berubah.
Ada beberapa manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS) menurut Drs. Nur Kholis dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, yaitu :

a.                   Memberikan kebebasan dan kekuasan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang di berikan memberikan tanggug jawab penegelolaan sumber daya dan pembegian srategi MBS sesuai dengan kondisi setempat.
b.                  Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih bekonsentrasi pada tugas.
c.                   Keleluasan dalam mengelolah sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya sebagai manager maupun pemimpin sekolah.
d.                  Dengan diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan melakukan eksperimen-eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini mendorong profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
e.                    Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkatkan dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah.
f.                   Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi      orang tua, seperti orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya

Menurut Kathleen penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat diantaranya yaitu:

a.                   Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
b.                  Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting.
c.                   Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
d.                  Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah.
e.                   Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah









Manfaat yang dapat diraih dari implementasi MBS secara umum :
1.      Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memejukan lembaganya
2.      Sekolah akan terkondisikan untuk lebih mengetahui kebutuhan lembaganya
3.      Pengambilan keputusan partisipasif yang dilakukan dalam pelaksanaan MBS sangat bermanfaat bagi sekolah
4.      Penggunaan sumberdaya pendidikan akan lebih efisien dan efektif apabila masyarakat turut mengawasinya
5.      Akan terciptanya tranrparansi dan demokratisasi yang sehat dalam pengelolaan
6.      Sekolah akan lebih bertanggung jawab tentang mutu pendidikan disekolah
7.      Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan
8.      Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.















KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis telah terbukti tidak membawa kemajuan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertehtu, manajemen yang sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan kreatifitas pada satuan pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengatasi terjadinya stagnasi di bidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma baru dibidang pendidikan.
Seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melaJui strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS).
MBS bukan sekedar mengubah penedekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul kemandirian sekolah.
Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat untuk ikut serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka untuk dibangkitkan. Dengan demikian kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang tinggi akan akuntabilitas publik yang memadai.










Daftar Pustaka


Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004.





   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar